welcome

Sabtu, 01 Desember 2012

Cerita Semut dan Manusia Ditulis oleh Irma Ayu Adetia
Suatu hari, ada sekelompok semut sedang sibuk bekerja di bawah terik matahari, saat itu dalam perjalanan pulang sekolah si Toto kecil berjongkok mengamati para semut, bayangan tubuhnya telah menutupi sinar matahari. Para semut pun bertanya dengan panik, “Apa yang telah menutupi sinar matahari?” Semut A berkata, “Sepertinya ada suatu mahluk hidup yang luar biasa besarnya, mungkinkah itu mahluk hidup yang disebut – sebut dalam legenda yang derajatnya jauh lebih tinggi dari pada semut, yang disebut Manusia ?”
Semut B berkata, “Memang ada legenda kuno seperti itu. Tapi saya tidak percaya. Kalau memang hebat, coba kamu carikan seorang Manusia agar bisa saya lihat, setelah itu baru saya akan percaya. Para semut pun ramai membicarakannya, ada yang percaya, ada juga yang tidak percaya. Namun, legenda mengenai keberadaan Manusia terus tersebar luas di segala penjuru liang semut.
Berita itu pun tersebar sampai ke telinga Raja semut, Raja semut sangat murka, “Apa! Makhluk hidup apa yang mampu melebihi aku Sang Raja semut yang tinggi tiada banding! Siapa itu Manusia ? Ini semua takhyul! Cepat turunkan titah! Seluruh rakyat harus lebih giat belajar teori Mengutamakan 3 Hal dari Raja, yaitu: Me-ngutamakan ilmu pengetahuan, Mengutamakan produksi dan Mengutamakan Raja semut.” Lalu Sang Raja semut pun menggelar kegiatan propaganda besar – besaran untuk mengedepankan ilmu pengetahuan dan menentang takhyul. Berbagai papan reklame yang bertuliskan Mengedepankan ilmu pengetahuan, menentang takhayul dan Kita harus menempatkan Raja semut sebagai pusat, memperkuat pembangunan ekonomi semut kita, dipasang dimana-mana. Akan tetapi, legenda tentang adanya Manusia telah tertanam sangat dalam di hati setiap semut, tidak dapat dirubah dengan propaganda. Raja semut yang mengetahui hal ini, berteriak dengan menggila, “Aku tidak percaya paham ‘tidak ada Manusia’ tidak mampu me-ngalahkan paham ‘ada Manusia’. Ajarkan doktrin ini mulai dari semut balita!” Seluruh semut yang ada di dalam segenap pelosok liang semut yang percaya adanya Manusia harus menentukan pilihan mereka di antara nyawa dan kepercayaan mereka, semut kecil pada ujian kelulusan mereka harus dapat menjawab soal – soal : Manusia lebih baik, atau Raja semut yang lebih baik ?
Tak terasa hari pun telah beranjak sore, si Toto kecil pun beranjak pergi karena perutnya sudah keroncongan. Tapi tanpa sengaja, si Toto telah menginjak mati Sang Raja semut. Dan gerombolan semut yang menyedihkan dan dikungkung itu pun masih belum mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi, mereka masih memikirkan di dunia apakah ada sejenis mahluk hidup yang disebut Manusia itu. Gan, apakah kalian menyukai cerita ini ? Gan tentunya mengetahui bahwa di dunia ini hidup banyak sekali manusia, akan tetapi para semut justru tidak dapat melihatnya, juga tidak percaya, bukankah hal ini sangat menggelikan? Raja semut di dalam cerita ini tidak dapat menerima adanya pemikiran bahwa manusia lebih bijak dan agung dibandingkan dengan si Raja semut, ia memaksakan pada semua untuk tidak percaya pada keberadaan manusia, benar – benar suatu kebodohan dan perbuatan jahat. Gan, coba kalian pikirkan : Mengapa para semut tidak dapat melihat, dan tidak percaya bahwa manusia itu ada? Jawabannya adalah karena semut dan manusia hidup pada dunia yang berbeda, melalui mata semut itu tidak dapat melihat dengan jelas dunia manusia, dengan pengalaman para semut juga tidak mampu membayangkan kehidupan manusia. Kita sebagai umat manusia, apakah mungkin karena para semut tidak percaya, lalu berarti manusia itu benar – benar tidak ada? Tentu saja tidak kan. Gan, dalam proses pertumbuhan kalian, akan bertemu dengan banyak hal yang tidak jelas terlihat oleh kalian, hal yang tidak kalian mengerti, atau yang tidak kalian pahami, juga yang sulit kalian percayai, pada saat itu ingatlah kembali cerita ini, janganlah melakukan kesalahan yang sama dengan para semut ! (disadur dari buku Fu Bao Bao /leng)*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar